saat kumendahului langkahnya yang terbungkuk berat menarik gerobak penuh muatan berbungkus karung harapan masa depan, dalam malam yang hiruk-pikuk kehampaan ceria ketidakpahaman, sepanjang lintasan kehidupan diatas aspal jalanan...
ditengokkanlah wajahnya yang bulat dan gelap berurat basah berkilat peluh menyilaukan mata duniaku logika kemapananku...
duh gusti, maafkan aku tak layak memandangnya seperti itu...
Rabu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar